Monday, August 06, 2007

Dudi: singa pejuang kecilku

Tahun 1996, waktu istriku hamil mendekati delapan bulan, dia kukirim ke kampung halamanku di Magelang dengan pertimbangan agar irit saat melahirkan, karena biaya melahirkan di Magelang lebih murah daripada biaya melahirkan di Jakarta. Selain itu di kampungku ada ibuku yang bisa membantu menjaga istriku bila mau melahirkan sewaktu-waktu…

Di kampungku, ibu selalu rutin mengajak istriku kontrol ke bidan atau dokter. Alhamdulillah saat itu istriku juga nggak ngidam yang aneh-aneh. Dari USG oleh dokter, diperkirakan anakku sangat sehat karena detak jantungnya kuat dan diperkirakan akan lahir 16 September 1996. Istriku saat itu kemudian menelponku dan bilang sangat bahagia, karena kalau anakku lahir tanggal itu maka itu akan jadi hadiah ulang tahun yang paling berharga buat dia. Istriku sendiri lahir pada tanggal yang sama tahun 1972. Mendengar telpon istriku, aku merencanakan pulang pada hari Jumat tanggal 13 September 1996 agar bisa menunggui istriku melahirkan. Mbak Yuni yang menjadi bosku di kantor LSM Bina Swadaya juga merekomendasikan aku agar ambil tugas luar di Jateng saja selama seminggu agar bisa dekat keluarga…

Tanggal 13 September sewaktu aku pulang dari shalat Jumat, teman-temanku menyalami aku dan mengucapkan selamat. Aku bingung dan teman-temanku menjelaskan bahwa ketika aku shalat jumat ada telpon dari keluargaku yang menginformasikan anakku sudah lahir selamat dan sehat tanggal 13 September pagi di rumah sakit Gladiol Magelang. Sore harinya dengan menumpang bus aku pulang ke Magelang. Perjalanan ke Magelang yang 12 jam terasa amat lambat bagiku yang sudah kangen istri dan kepengin melihat anakku.
Keesokan hari, sampailah aku disana dan langsung menuju ke rumah sakit menengok anak istriku. Di pagi yang cerah itu, istriku kemudian bercerita tentang pengalamannya melahirkan. Sejak jam 1 malam tanggal 13 September, dia sudah merasa mulas dan berulangkali ke kamar kecil. Dia tidak berani membangunkan ibuku karena kuatir mengganggu. Untunglah setiap subuh ibuku selalu menengok istriku. Melihat pagi itu istriku sudah bangun maka ibuku terkejut dan menanyakan apakah istriku merasa mulas? Ibuku juga langsung membangunkan kakakku dan saudara-saudaraku untuk berkemas-kemas ke rumah sakit untuk mengantar istriku. Jam 7 pagi mereka berangkat ke Rumah Sakit. Di rumah sakit dia langsung dimasukan ke ruang bersalin dan langsung ditunggui dokter spesialis kandungan. Eh …mungkin karena ditunggui dokter, bayinya malu ke luar maka setelah menyuntik terlebih dahulu dokter kemudian meninggalkan istriku ke luar kamar. Walaupun mulas-mulas istriku mencoba sabar dan tawakal. Kakak sepupuku yang menungguinya juga menawarkanpada istriku untuk makan telur ayam kampong mentah agar persalinan lancar, tapi istriku menolak karena tidak biasa makan telor mentah. Kakak sepupuku sangat memuji ketabahan istriku yang tetap tenang meski menahan sakit mulas. Tidak sedikit orang perempuan sering meraung-raung kesakitan karena tidak kuat menahan sakit ketika melahirkan. Alhamdulillah sekitar jam 9 pagi bayinya lahir. …

Ibuku yang mengetahui kedatanganku pagi itu kemudian membawaku menengok bayiku ke ruang karantina bayi. Disana kulihat bayiku yang masih merah sedang memejamkan mata sambil sesekali menggeliatkan badan. Mungil, imut dan lucu bayi itu... Ibuku cerita bahwa bayiku mudah dikenali karena kalau menangis suaranya kencang. Bayiku suka menangis terutama kalau lapar atau haus. Dia juga suka kentut ...duuuut...bunyinya keras juga...

Sehabis menengok bayiku, aku tertidur di kamar istriku karena semalaman sulit tidur di bus. Aku terbangun sewaktu ada suara celoteh dari perawat-perawat yang akan memeriksa dan memandikan istriku. Kalau ingat peristiwa saat itu, istriku sering protes karena aku bukan seorang suami yang romantis. Alasannya selain dia harus bertaruh nyawa sendirian ketika melahirkan tanpa ditunggui suami, eh...suami datang nggak ngucapin selamat sambil membelai istri tercinta malah ngorok di lantai di bawah kolong tidurnya he.,..he...he...

Akhisnya setelah 3 hari di rumah, bayiku kubawa pulang. Sudah kusiapkan sebuah nama untuknya yakni Muhammad Azaduddin Hazazi yang artinya Singa Pembela Agama yang rajin dan gagah berani. Hazazi juga kupilih untuk mengingat tahun tersebut terdapat pelanggaran hak azazi yang serius dimana kantor PDI di Jakarta yang dikuasai kelompok Megawati diserbu oleh pihak lain dan korban meninggal maupun luka berjatuhan walau tidak ada angka pasti tentang jumlah korban yang bisa dijadikan rujukan.. aku duga korban yang jatuh sebagian besar adalah wong cilik yang saat itu simpati kepada Megawati karena Megawati didzolimi oleh pihak lain. Melalui nama Mohammad Azaduddin Hazazi atau biasa kupanggil Dudi itu, kuberdoa semoga anakku nantinya mampu menjadi singa pejuang kebenaran azazi yang gagah berani....khususnya pembela bagi masyarakat yang tertindas....Semoga Tuhan mengabulkan doaku........Amin....

No comments: