Tuesday, January 29, 2008

Cinta Jilid III

Kisah cintaku ini terjadi ketika aku sudah duduk di bangku kuliah tahun ke 4 (sekitar 1988-1989). Aku jatuh hati kepada seorang gadis yang masih termasuk family jauh keluargaku. Gadis yang sebut saja bernama Teratai ini berpenampilan sederhana, berperawakan ramping cenderung kurus, berkulit hitam manis dan beralis lebat.

Saat itu dengan mengumpulkan segenap keberanianku, aku mencoba untuk mengutarakan isi hatiku padanya. Berjuta harapan dan impian indah terhampar dalam anganku untuk menyunting gadis pujaan hatiku….

Namun harapan indah itu luluh lantak pecah berkeping-keping tatkala tahu bahwa keluarga gadis itu menolak kehadiranku karena keluargaku yang sederhana berbeda derajat dengan keluarga gadis Teratai yang lebih berada. Saat itulah aku baru merasakan pedihnya sebuah “cinta kasih yang tak sampai”. Siang malam selalu terbayang wajah pujaan hati. Dia selalu hadir dalam setiap jagaku maupun dalam tidurku….Kehancuran hatiku merupakan hal yang sulit untuk dilupakan dan disembuhkan. Hati bagai disayat-sayat sembilu bila terbayang raut wajah Teratai yang sendu itu…

Kuliahku sempat terbengkelai selama satu semester karena gundah gulananya hatiku. Setiap malam, aku begadang bermain kartu dengan teman-temanku, sedangkan di siang hari tidur bermalasan seharian. Semua itu kulakukan hanya untuk bisa melupakan kepedihan hatiku. Untunglah dalam kegundahanku hadir teman karibku SMP yang bernama Wiwi Waryanti. Mbak Wiwi-lah yang banyak memberikan support moral dan berhasil membangkitkan semangat hidupku…Bagiku Mbak Wiwi merupakan sahabat sejati yang berjasa besar dalam kehidupanku. Beliau yang mengembalikanku ke arah kehidupan yang benar dan mengajakku untuk bersikap rasional dan tidak cengeng. Aku berhutang sangat besar atas dukungan beliau ketika aku sedang dilanda keterpurukan….

Kepedihan hatiku ini membuatku trauma selama beberapa lama bahkan terkadang masih terkenang sampai sekarang. Tatkala kudengar lagu Boulevard, Knife atau Nothings gonna change my love for you, aku terkenang kepedihan hatiku saat itu karena peristiwa itu terjadi ketika lagu-lagu sentimentil itu masih sedang ngetop.

Sejak peristiwa itu terjadi (sekitar 20 tahun lalu), aku tidak pernah bertemu muka secara langsung dengan Teratai. Sekitar 2-3 kali aku melihat dia namun hanya dari kejauhan. Hubunganku dengan keluarganyapun menjadi renggang, apalagi aku sudah 15 tahun hidup di rantau. Memang benar kata pepatah bahwa mengakhiri cinta dengan persahabatan itu ternyata tidak mudah….

Saat ini Teratai konon sudah punya anak dua. Semoga Teratai menemukan cinta dan bahagia dalam keluarganya….. Tak lupa teriring doa untuk sahabat sejatiku Mbak Wiwi yang telah banyak memberikan sentuhan kasih warna cerah dalam kehidupanku…. You are my real best friend…….You make my world so colourful............

No comments: