Monday, July 21, 2008

Anakku dan kisah sepotong martabak

Sejak kami tinggal dan kerja di Jakarta, istriku yang pintar masak terbiasa membuatkan bekal makanan untukku setiap hari. Selain makanan bikinan sendiri lebih higienis dan bergizi, alasan penghematan keuangan keluarga juga menjadi alasannya. Kebiasaan ini kemudian juga dijalankan ketika anakku Dudi sekolah TK, istriku membiasakan si Dudi membawa bekal makanan ke sekolah.

Sejak sekolah di SMPN 1 Samarinda, istriku biasa mengantar makan siang untuk anakku. Kemarin istriku cerita bahwa saat menjemput Dudi pulang sekolah, istriku ketemu teman lama yakni Mama Ikun yang juga sedang menunggui anaknya sekolah di SMPN 1 tersebut. Dudi dan Ikun dulu teman akrab satu kelas di SDN Loa Bakung. Sambil ngobrol dengan Mama Ikun, istriku yang merasa lapar melihat bahwa di kotak makanan anakku masih tersisa dua potong martabak mie (telur dadar yang dikasih bakmi indomie). Istriku berpikir tumben si Dudi kok makannya sedikit banget, karena biasanya dia makan banyak dan jarang bekalnya tersisa. Tanpa pikir panjang istriku kemudian mencomot makanan itu sepotong untuk diberikan kepada Mama Ikun dan satu potong lagi dimakan sendiri untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Walau hanya sisa bekal makanan pagi, martabak tersebut masih terasa enak apalagi untuk perut yang sedang lapar.

Setelah Dudi keluar dari ruang kelas, Dudi mencari mamanya dan mengajak untuk pulang. Sambil menuju tempat parkir motor, Dudi bertanya: “Ma, martabak yang dua potong di kotak makananku mana ma?. Mamanya menjawab; “Karena mama pikir kamu sudah kenyang, martabak sisa tadi sudah mama makan bersama dengan mama Ikun”. Dudi menjawab: “ Hah dimakan? Martabak tersebut tadi tidak kumakan karena sudah jatuh di tanah dan kotor. Karena tidak ada tong sampah makanya martabak yang jatuh kutaruh kembali di kotak makanan yang sudah kosong”. Mendengar jawaban Dudi, istriku ngomel-ngomel: “Dasar jahil…makanan kotor kok ditaruh di kotak makanan. Awas kalo mama besok diare kamu harus tanggung jawab…” Si Dudi malah makin gembira dengan omelan mamanya: “ah mama, gimana ma rasanya makan martabak yang sudah jatuh? Tambah lezat kan ma? He..he…he….”

No comments: