Wednesday, July 02, 2008

Aussie 3: Boss yang baik hati....

Konperensi kebakaran yang penuh dengan presentasi para pakar maupun praktisi lapangan berlangsung selama 3 hari dan setiap harinya mulai jam 9 pagi sampai jam 4 sore.

Di suatu sore setelah acara presentasi, saya dan Bu Sulasih diajak Pak Helmut Dotzauer dan istrinya (ibu Doris) untuk jalan-jalan ke Mall Queen Victoria. Bangunan mall itu sangat indah dengan arsitektur klasik penuh ukiran, lantainya berupa mosaik porselin dengan ornamen indah dan jendelanya dibuat dengan kaca warna-warni yang sangat mempesona. Di mall itu Pak Helmut mentraktir kami minum kopi dan menikmati kue black forest. "Kami yang mengundang anda untuk jalan ke mall ini, maka kami yang mentraktir jajanan ini", kata Pak Helmut ketika aku mau membayar minuman dan makanan itu.

Dari mall kami berempat kemudian jalan-jalan ke Taman Botani yang agak dekat dengan mall itu sehingga bisa kami tempuh dengan jalan kaki. Di Taman itu Ibu Sulasih berbisik dengan penuh haru kepada saya; "Mas Edy, Pak Helmut itu bule tapi baik hati bener ya. Dia seorang boss tapi rendah hati dan mau mentraktir bawahan seperti kita. Kalau di Indonesia, mana ada boss mentraktir bawahan. Yang ada malah bawahan menyediakan upeti dan mentraktir boss".

Saya sendiri sangat setuju dengan pendapat ibu Sulasih. Pak Helmut memang seorang boss yang rendah hati, ramah, suka guyon, pintar diplomasi dengan pejabat namun tetap tegas dan beliau sangat perhatian dengan anak buah. Banyak karyawan yang diberi bea siswa untuk menempuh jenjang S1, S2 atau ikut training level nasional dan internasional. Beliau juga nggak segan-segan menaikkan gaji karyawan untuk karyawan berprestasi. Selama periode Pak Helmut, aku nggak pernah minta kenaikan gaji, karena tanpa kuminta beliaupun sudah menaikkan gajiku. Beliau juga memberikan kepercayaan kepada staf nasional seperti saya, dik Lenny, Mbak Yana dll untuk berkreasi dalam menjalankan tugas. Beliau hanya memberikan arah kebijakan program, dan implementasinya dipercayakan ke kami. Meski demikian beliau akan mudah turun tangan bila kami memerlukan dukungan misalnya saat lobby-lobby dengan para pejabat. Kami yang staf nasional GTZ merasa sangat berkembang dengan gaya kepemimpinan beliau.

Tahun 2004 proyek kami selesai dengan prestasi yang cukup bagus. Pak Helmutpun harus meninggalkan Indonesia untuk sebuah jabatan baru di Honduras (Amerika Tengah). Aku berpikir, tidak mudah cari pimpinan yang sebaik beliau. Perilaku kepemimpinan beliau menjadi inspirasi sumber pembelajaran bagiku. Selamat jalan Pak Helmut dan Bu Doris, you are my inspiration.....





No comments: