Wednesday, July 29, 2009

ANTARA GATOTKACA VS SUPERMAN, ARJUNA VS ROBINHOOD

Pada masa kecilku, kesenian daerah wayang kulit masih cukup berjaya. Acara orang punya hajat seperti nikah dan sunatan masih sering diramaikan dengan acara hiburan wayang kulit. Stasiun radio-pun banyak yang menyiarkan acara wayang kulit semalam suntuk dari para dalang terkenal yang sudah direkam dalam pita kaset. Di kalangan anak-anak, cerita wayang juga dibuatkan dalam bentuk komik atau gambar kecil berupa tokoh wayang (ukuran 4 x 3 cm). Gambar kecil ini sering dijadikan aduan dengan cara di lempar ke udara dan gambar yang telentang nanti yang menang, sementara gambar yang telungkup nanti kalah. Karena asal mula adu gambar ini berupa gambar tokoh wayang maka istilahnya disebut "adu wayang" walaupun dalam perkembangannya nantinya gambar yang ditampilkan berupa superhero macam Batman, Robin dll. Bentuk lain dari cerita wayang adalah pagelaran wayang orang walau sudah jarang dipertontonkan.

Karena seringnya acara pagelaran wayang semalam suntuk via siaran radio dan didukung pelajaran kesenian daerah tentang wayang maupun permainan adu wayang, anak-anak cukup familiar dengan nama dalang-dalang terkenal seperti Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Parman dll. Anak-anak juga cukup familiar dengan nama-nama wayang beserta golongannya yakni golongan pembela kebenaran macam Pandawa (untuk serial Mahabarata) dan Sri Rama cs (untuk serial Ramayana). Tidak jarang anak-anak menjadikan tokoh wayang sebagai idolanya. Seperti saya sendiri menjadikan Wisanggeni dan Ontoseno sebagai idola karena mereka merupakan gambaran generasi muda ugal-ugalan yang gagah berani dan berani mendobrak tatanan yang tidak benar. Meski saya juga mengidolakan Kresna yang arif bijaksana.

Dalam perjalanan waktu di era tahun 1980an, dengan maraknya siaran televisi yang menyiarkan film kartun, tokoh-tokoh wayang mulai tergeser oleh super hero macam, Batman, Robin, Kapten America, Spiderman dll. Adu wayang sudah digeser oleh gambar superhero tersebut. Gatotkaca yang merupakan ksatria "raja udara" mulai tergeser oleh Superman. Arjuna yang ahli memanah, mulai terpinggirkan oleh kehadiran Robinhood dll. Kondisi seperti ini semakin parah dengan maraknya televisi swasta yang lebih mengedepankan unsur tontonan (komersial) daripada unsur tuntunan (edukasi). Film-film kartun di televisi banyak yang isinya hanya sampah dan miskin unsur edukasi. Mungkin ini tantangan bagi para pembuat film kartun untuk bisa mengangkat budaya lokal yang penuh unsur edukasi untuk melawan dominasi para superhero masa kini yang hanya mengedepankan unsur sensasi.

No comments: