Saturday, February 20, 2010

KISAH SEBUAH OMPRENG TUA

Kupandangi ompreng alumunium tua yang gagang pegangannya tinggal sebuah. Gagang yang satunya patah ketika ompreng itu terjatuh ketika dicuci oleh adik iparku. Ompreng untuk menanak nasi itu sudah tua dan setia mengiringi kehidupan rumahtanggaku selama 15 tahun.

Ompreng itu kubeli bulan september 1995 di Pasar Kranji - Bekasi, sebuah pasar dekat aku mengontrak sebuah rumah sederhana di Perumahan Pondok Cipta - Bintara. Panci itu kubeli untuk persiapan menyambut kedatangan istriku yang kunikahi bulan Mei 1995. Sebagai pengantin baru, istriku semula kutitipkan sama ibuku terus kutitipkan ke mertuaku karena aku kerja di Jakarta dan belum punya rencana mengontrak rumah di Jakarta. Untunglah rejeki berpihak kepadaku, Mas Haryo seorang kawan baikku mau pindah ke Pandeglang dan menawarkan aku untuk melanjutkan kontrak rumah yang dia tinggali dengan harga sewa yang miring. Akupun setuju untuk melanjutkan kontrak rumah yang disewanya dan mulailah aku mempersiapkan kepindahan istriku. Istriku hanya seorang ibu rumahtangga biasa sehingga tidak perlu repot mengurus kepindahannya. Meski demikian aku ingin kedatangan istriku berjalan mulus, maka aku mencoba menyiapkan perabotan dapur ala kadarnya.

Ditemani kawan baikku yakni Mas Ibnu dan Mas Ruruh, aku membersihkan rumah yang aku kontrak. Berbekal uang Rp. 600.000,- aku melangkah ke Pasar Kranji untuk membeliperabotan sekedarnya. Dengan uang itu aku bisa membeli beberapa meter karpet plastik. dua lembar tikar plastik, dua buah kasur gulung yang berbusa tipis dengan bantal, kompor minyak butterfly, setengah lusin piring, setengah lusin gelas, sendok, mangkok, kipas angin kecil, 2 buah lemari plastik, ompreng, wajan, sutil, talenan dll.

Aku bukan orang kaya, maka aku tidak bisa beli banyak perabotan. Untuk meja, aku bikin sendiri meja model jepang untuk lesehan. Aku bikin meja itu dari kaso dan tripleks bekas yang kututup karpet diatasanya. aku belum punya TV sehingga kalo mau nonton TV harus nebeng kepada tetanggaku yang sangat baik hati yakni Pak Rudi Widarto. Aku bisa beli TV di tahun 1996. TV itu ukuran 14 inchi merk samsung yang kubeli di pasar senen dengan harga Rp. 450.000,-. Aku beli springbed murahan juga di tahun 1996, supaya anakku yang lahir di bulan september 1996 itu tidak kedinginan bobo di lantai.

Seiring perjalanan waktu, walau gajiku di LSM tdk terlalu besar, aku masih bisa menyisihkan penghasilan untuk beli tape deck, lemari kayu dan almari bufet kecil. Semuanya serba murahan karena aku bukan orang kaya yang berkecukupan.

Di akhir tahun 1997, seorang tetangga terbaikku yang sekaligus "mama angkat" anakku yakni Mama Dita boyongan pindah ke Pati, namun karena repot maka barang-barang perabotannya dititipkan ke rumahku. Mulai saat itulah, di ruang tamu rumah kontrakanku ada meja tamu, ada kulkas, ada dispenser, ada mixer dll. Barang2 tersebut baru diambil setelah aku mau pindah ke samarinda di tahun 1999.

Ketika pindah ke samarinda, ompreng dan perabotan dapur kubawa serta. sedangkan untuk springbed, kasur gulung, barang pecah belah dan lemari murahan kukirim ke ibuku di magelang sana. Di samarinda aku mengulang kembali beli perabotan murah seperti kasur murah, tikar plastik, pecah belah dll. Namun omprengku yang lama tidak tergantikan karena dia masih bagus kondisinya walaupun mulai penyok sana sini. aku bisa beli tempat tidur bekas, ketika ada tetangga yang mau pindahan dan melego barang-barangnya. demikian kulkas pertama yang kubeli adalah kulkas bekas milik tetangga yang kesulitan duit...

Omprengku sayang, kamu adalah saksi bisu perjalanan hidup rumah tanggaku yang penuh dengan kesederhanaan... namun dibalik itu, kau telah banyak berjasa untuk merajut cinta dan kebahagiaan dalam keluargaku selama ini....

No comments: