Sunday, November 14, 2010

PRIMADONA

Primadona (sebuah roman)
N. Rintiarno
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 2006
422 hal

Roman ini bercerita tentang kehidupan Kejora seorang primadona opera dengan setting kehidupan Hindia Belanda tahun 1920-1930an.

Kedjora merupakan anak petani miskin yang dititipkan kepada Petro dan Miss Ketjubung. Petro dan Miss Ketjubung merupakan pemilik sekaligus sutradara dan primadona grup opera Miss Ketjubung. Kedjora yang tumbuh menjadi wanita dewasa jelita, menimbulkan kecemburuan bagi Miss Ketjubung yang kuatir posisinya sebagai primadona akan tergusur. Tanda-tanda ketergusuran itu nmulai muncul misalnya Rama Oembara yang merupakan actor pria lebih suka mengundurkan diri dari grup opera Miss Kecubung karena bosa dipaksa memainkan lakon yang sama dengan Miss Ketjubung sampai puluhan kali.

Kondisi Miss Ketjubung yang sedang hamil muda membuat kesempatan bagi Kedjora untuk mengorbit menjadi terbuka luas. Miss Ketjubung yang tidak rela status primadonanya tersisih berupaya menahan laju kemajuan Kedjora dengan mengawinkan Kedjora dengan pemain badut dari grup opera itu. Kedjora akhirnya menikah dengan Badut Baling karena ingin membalas budi Petro dan Ketjubung. Kedjora memaksa Baluing untuk bersumpah bahwa Baling tidak akan menyentuh Kedjora, karena hati Kedjora telah terpikat dengan Rama Oembara. Karena perasaan cinta yang sangat dalam, Balingpun berikrar untuk tidak menyentuh Kedjora walaupun mereka tinggal dalam satu rumah dan satu kamar.

Rama Oembara yang kemudian mendirikan grup opera Gardanella berhasil meraih sukses besar. Dia merayu Kedjora untuk bergabung di Gardanella. Dengan situasi di grup opera Miss Ketjubung yang selalu dalam tekanan dari Miss Ketubung bahkan sempat kena guna-guna, tawaran Gardanella diterima oleh Kedjora apalagi di situ dia akan berkumpul dengan Rama Oembara pujaan hatinya. Kepindahan Kedjora ke Gardanella juga diikuti oleh Baling waalaupun Baling tahu dia akan menghadapi kenyataan menyakitkan karena Kedjora akan bertemu dan bersatu dengan Rama Oembara, dan meninggalkannya. Kepergian mereka ke Gardanella juga diikuti oleh Tio yang menjadi cukong sekaligus manajer Miss Ketjubung.

Hilangnya Kedjora dan Tio membuat grup opera Miss Ketjubung menjadi bangkrut karena asset-asetnya secara licik diambil alih oleh Tio. Petro yang tidak kuat menanggung beban akhirnya meninggal gantung diri. Miss Ketjubung sendiri mengajak anak buahnya pulang ke Surabaya untuk membangun kembali puing-puing grup opera Miss Ketjubung. Namun tiadanya dukungan teknis maupun manajemen memadai membuat grup ini tidak bertahan lama dan Miss Ketjubung mengalami depressi. Akhirnya Miss Ketjubung meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan karena nyala lilin menyambar kasur rombeng tempat dia tidur terbakar habis beserta bangunan opera dimana dia tinggal.

Meninggalnya Petro dan Miss Ketjubung tidak banyak diketahui oleh Kedjora yang saat itu selama 5 tahun mengadakan perjalanan pentas opera keliling dunia. Selama perjalan itu Kedjora menunggu Rama Oembara untuk menyatakan cinta dan melamarnya. Namun Rama Oembara sendiri tidak pernah berani mengungkapkan isi hatinya secara terbuka.

Suatu hari Kedjora menemukan kenyataan pahit bahwa Rama yang bersikap santun padanya ternyata suka main perempuan. Dia memergoki Rama main perempuan dalam gedung opera, dan dia mendengar sendiri cinta Rama padanya hanya cinta sementara. Dengaan hati yang pilu, Kedjora saat pentas secara elegan berpamitan kepada para penonton dan pengagumnya. Dia pamit mundur dari dunia opera selamanya….

Kedjora kemudian tinggal di kampong Cirebon dengan Baling. Ikrar Baling tidak akan menyentuhnya pun masih berlaku. Kedjora yang belum bisa melupakan cintanya meminta Baling untuk memainkan opera berdua setiap sabtu sore yaitu opera tentang surat cinta Rama Oembara….Opera itu mereka mainkan setiap minggu sampai 40 tahun lamanya.

Suatu saat Kedjora nendengar Rama meninggal dunia karena sakit Raja Singa. Dia melayat ke makam Rama, dan dari Soebro yang crew grup opera Miss Ketjubung diperoleh informasi bahwa Rama-lah yang pernah mengguna-guna Kedjora agar jatuh dalam pelukannya. Informasi itu membuat Kedjora tercenung dan dia sadar bahwa selama ini dia telah dibutakan oleh cinta buta. Dia menyadari bahwa selama ini terdapat pria sejati yang seharusnya dia cintai sepenuh hati..yaitu Baling. Akhirnya dengan kehidupan yang sudah beranjak tua, cinta suci Kedjora dan Balingpun bisa bersatu…..

Roman ini merupakan karya pertama N. Rintiarno yang say abaca. Saya langsung tertarik dengan gaya bahasa dan alur ceritanya begitu mengalir nan indah. Beliau sangat lihai menggambarkan kehidupan opera saat itu, sehingga anganku terbang jauh ke era Hindia Belanda untuk menikmati kepiawaian penampilan primadona Kedjora. Roman ini sangat layak dibaca karena juga memiliki pesan moral yang indah, yakni:
1. Cinta sejati suatu saat pasti akan akan terkuak bila kita memiliki kesabaran untuk merawatnya. Karena cinta sejati itu seringkali baru akan ditemukan dan dirasakan maknanya setelah suatu kurun perjalanan hidup seseorang.
2. Keberhasilan menjadi “superstar” tidak hanya karena bakat tetapi juga tuntunan dari pihak lain yang berpengalaman dan juga hasil kerja keras.
3. Kehidupan selebriti yang bergelimang kemewahan dan ketenaran seringkali hanya merupakan kehidupan dunia panggung dan beda jauh dalam kehidupan sehari-hari yang sering penuh gelimang derita dan pilu.
4. Seorang seniman haruusnya seorang pionir yang mampu menyuarakan suara public atau pionir yang mampu mengajak masyarakat berpikir ke depan (visioner). Seniman dituntut harus selalu mau berubah dan tidak boleh puas dengan apa yang ada.
5. Keberhasilan memadukan seni dengan bisnis harus ditopang oleh dua keahlian berbeda yaitu keahlian “berkreasi” dan keahlian “manajemen”.

No comments: