Monday, May 30, 2011

Perubahan Iklim dan Dampak Perubahan Iklim

Perubahan Iklim dan Dampak Perubahan Iklim
Komunitas Konservasi Indonesia Warsi
Jambi,
40 halaman

Buku ini berusaha menjelaskan secara sederhana tentang banyaknya karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan “efek rumah kaca” dan perubahan iklim. Perubahan iklim ini ditandai dengan kenaikan suhu di bumi, musim yang tidak menentu, arah angin tidak menentu dan sebagainya. Berbagai dampak perubahan iklim yang muncul saat ini antara lain (1) naiknya permukaan air laut yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil (2) gagal panen akibat musim tidak menentu (3) bencana alam: resiko banjir , ombak besar, angin puting beliung, inrusi air laut (3) berjangkitnya penyakit tertentu (4) berkurangnya persediaan air (5) meningkatnya hama dan penyakit.

Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim tersebut, salah satu program yang sedang gencar dikembangkan adalah REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation/Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan). Konsep secara sederhana dalam program REDD ini adalah para pemangku kepentingan perlu untuk melestarikan hutan. Upaya pelestarian tersebut dimaksudkan agar pohon-pohon yang ada nanti bisa menyerap karbon dari alam bebas.

Terkait dengan program REDD tersebut, di level internasional sedang ramai dibahas mekanisme insentif untuk pihak-pihak yang melestarikan hutan tersebut. Pihak yang melestarikan hutan diharapkan nanti akan memperoleh kompensasi dari dunia internasional atas jerih payah melestarikan hutan itu. Pihak pelestari hutan nanti akan memperoleh kompensasi bukan dari hasil menebang kayu tetapi utamanya dari hasil menjual jasa lingkungan hutan sebagai penyerap karbon, hal ini yang sering disebut dengan “perdagangan karbon”. Meski demikian konsep mekanisme insentif ini masih dalam proses pembahasan panjang di level internasional.

Terkait dengan masyarakat tradisional sendiri, seandainya akan mengembangkan REDD juga perlu dibangun kesamaan pemikiran terlebih dulu. Perlu dipikirkan juga aspek-aspek sosial budaya masyarakat yang ada selama ini agar jangan sampai pengembangan REDD itu sendiri nanti malah membatasi akses masyarakat terhadap hutan.

Secara umum, buku ini mudah dicerna dan dimengerti sehingga bisa dibaca oleh khalayak luas. Sangat bisa dipahami pula penjelasan tentang skema REDD disampaikan agak hati-hati, karena skema REDD sendiri belum tuntas pembahasannya di forum internasional. Rekan2 WARSI nampaknya cukup berhati-hati agar tidak memberi pepesan kosong bagi masyarakat, sikap tersebut merupakan sikap yang memang harus dimiliki oleh lembaga pendamping masyarakat sejati. Kalaupun sedikit kekurangan adalah buku ini bahasanya agak formal dan hurufnya agak kecil-kecil, sehingga untuk dibaca oleh publik warga perdesaan mungkin agak menyulitkan. Perlu dipikirkan adanya edisi yang lebih informal seperti komik yang mampu berkomunikasi secara rileks tapi mengena.

No comments: