Saturday, June 04, 2011

DEFORESTASI DAN KONSTRUKSI PENGETAHUAN PEMBANGUNAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT

DEFORESTASI DAN KONSTRUKSI PENGETAHUAN PEMBANGUNAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT

San Afri Awang
Institut Hukum Sumberdaya Alam (IHSA)
ISBN 978-979-3339-38-2
Jakarta, 2009
34 halaman

Buku ini merupakan dokumen pidato pengukuhan Prof.Dr.Ir. San Afri Awang, M.Sc. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hutan Kemasyarakatan (Social Forestry) – Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dalam buku ini San Afri Awang menyoroti kondisi deforestasi dan degradasi hutan yang antara lain disebabkan oleh eksploitas berlebihan guna mendukung pertumbuhan ekonomi pada era Orde Baru, yang diperparah oleh rejim neo liberalisme pada Orde Reformasi. Paradigma pengelolaan hutan yang menekankan pada dominasi Negara dan capital, terbukti telah menimbulkan kerusakan hutan yang cukup parah. Desentralisasi yang berkembang pada era Orde Reformasi nampaknya juga tidak berkorelasi secara signifikan untuk mewujudkan sustainable forest management, karena desentralisasi juga diikuti oleh maraknya korupsi dalam pengelolaan SDA di tingkat local.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, San Afri menyarankan perlu dilakukannya:
1. Perlu rekonstruksi ilmu pengetahuan (epistemology) dan reorientasi ontology (hakikat ilmu pengetahuan) kehutanan kearah yang memandang hutan tidak hanya fungsi flora, fauna dan ekosistem. Aspek MANUSIA/masyarakat perlu dijadikan bagian konstruksi ilmu pengetahuan kehutanan. Karena ontology yang ada selama ini didominasi pengetahuan negara yang hanya menekankan aspek flora, fauna dan ekosistem, maka tidak mengherankan bila aspek social merpakan salah satu titik lemah pengelolaan hutan di Indonesia.
2. Pengembangan Eco Friendly Forest Management (EFFM) yang mendudukan manusia sebagai salah satu subsistem penting dlam pengelolaan hutan lestari. Dengan demikian program2 pemberdayaan masyarakat dan akses terhadap sumberdaya merupakan salah satu unsur yang harus terintegrasi secara utuh dalam pengelolaan hutan dan bukan sekedar kewajiban social belaka.
3. Pengembangan EFFM perlu didukung oleh adanya Good Forestry Governance.

Dalam akhir tulisannya San Afri mengajak kita semua untuk mau berendah hati mengakui bahwa masyarakat local banyak mempunyai kearifan local dalam pengelolaan hutan secara lestari. Pengalaman local yang tertempa oleh perjalanan waktu di banyak tempat terbukti mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian hutan itu sendiri. Sudah saatnya dunia akademik yang selama ini sering menjadi menara gading, perlu lebih bersikap lebih hormat terhadap karya dan dedikasi “rimbawan sejati tanpa ijazah” dari berbagai pelosok desa dan pedalaman itu….

No comments: