Wednesday, August 15, 2012

LAYAR TERKEMBANG


St Takdir Alisyahbana
Balai Pustaka,  Jakarta  1993 (cetakan 23)
ISBN 979-107-065-3
139 halaman

Buku ini bercerita  tentang  kakak beradik Tuti dan Maria, yang merupakan putri wedana Raden Wiriaatmaja, dengan setting sekitar 1930-an.  Tuti sang kakak merupakan seorang guru HIS dan juga aktivis organisasi Perempuan Sedar yang memperjuangkan emansipasi perempuan (ata cenderung feminisme?).  Maria, si adik merupakan siswi HBS. Dari sisi karakter, Tuti terkesan serius dan formal. Sedangkan Maria  lebih bersifat jenaka, informal dan aktif.

Suatu saat Maria berkenalan  dengan Yusuf seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Tabib (Ilmu Kedokteran). Perkenalan itu akhirnya bermuara pada  tumbuhnya rasa saling cinta. Percintaan tersebut berjalan lancar dan mendapatkan dukungan keluarga.

Di sisi lain, Tuti dengan kesibukan organisasinya dan obsesi “perempuan mandiri-nya” mengalami kegagalan cinta ketika tunangannya (Hambali) dirasa banyak mengekangnya. Tuti rela memutus cinta daripada hidupnya terkekang. Dia ingin wanita harus mempunyai kemerdekaan untuk mengembangkan diri  seluas-luasnya dan bisa berdiri sederajat dengan pria.

Ketika melihat kemesraan Yusuf dan Maria, Tuti yang bersikap sangat rasional dan kaku merasa tertampar. Dia menyadari bahwa kesuksesan duniawi dan karir tidak akan bisa mengisi kekosongan jiwanya yang haus cinta kasih. Tuti yang mulai dimakan usia yang saat itu menginjak 27 tahun mulai merasa galau ketika dia menyadari bahwa ada sesuatu yang hampa dalam hidupnya.

Maria yang sudah lulus HBS dan mulai bekerja sebagai guru, mendapati dirinya mengidap TBC. Walaupun pengobatan untuknya sudah dilakukan, namun jiwanya tidak tertolong jua. Di saat akhir hidupnya dia berusaha membahagiakan dua orang yang sangat dicintainya dengan cara menjodohkan Yusuf kekasihnya dengan Tuti kakaknya.

Roman Layar Terkembang yang merupakan salah satu karya klasik era Balai Pustaka, merupakan roman yang sederhana. Buku ini merupakan salah satu buku  sastra yang dianjurkan dibaca ketika saya masih duduk di SMP-SMA. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Melayu sehingga agak sedikit berbeda dengan Bahasa Indonesia baku yang ada saat ini. Perbedaan tersebutmencakup sisi tata bahasa maupun dari sisi pemaknaan  kosa kata. Penggunaan bahasa Melayu dalam roman ini sangat saya sukai karena saya bisa menikmati  kosa kata “bahasa lama” yang sudah jarang saya dengarkan saat ini, meski saya akui dalam beberapa hal saya agak kesulitan menangkap maknanya. Selain itu dalam roman ini diungkap berbagai tempat di Jakarta tempo dulu, sehingga saya juga berimajinasi tentang Jakarta di waktu lalu....

No comments: