Saturday, March 09, 2013

KEN DEDES: Sang Penggoda



Oleh Wawan Susetya

Penerbit Imania,

Depok, 2012

ISBN: 978-602-99756-3-5

447 halaman



Buku ini merupakan novel sejarah sengan seting tahun 1100-1200 Masehi tatkala mendekati runtuhnya Kerajaan Kediri dan berdirinya Kerajaan Singasari.


Ken Dedes merupakan putri Empu Parwa yang merupakan brahmana yang mumpuni di sebuah pelosok kampung. Di bawah bimbingan ayahnya, Ken Dedes tumbuh menjadi brahmani yang mampu melakukan olah batin melalui meditasi. Sehingga Ken Dedes juga dikenal sebagai symbol Prajnyaparamita atau orang yang sudah memiliki kemampuan ilmu olah batin yang cukup tinggi. Ken Dedes mempunyai daerah kewanitaan yang bercahaya yang dipercaya bahwa dia mempunyai wahyu “nareswari” atau akan melahirkan keturunan raja-raja besar di Jawa. Secara singkat bisa dikatakan Ken Dedes mempunyai penampilan fisik jelita dengan inner beauty yang mempesona.


Kejelitaan Ken Dedes telah mengundang ketertarikan dari Akuwu (Raja Kecil) Kerajaan Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung yang terpesona dan tidak sabar menikahi Ken Dedes kemudian menculik dan membawanya ke istana Tumapel. Ken Dedes pun hanya bisa pasrah menerima perlakuan tersebut, walaupun batinnya menderita.


Kerajaan Tumapel yang merupakan bawahan kerajaan Kediri,  menghadapi rongrongan dari para perampok yang merampok kekayaan Tumapel, merampok para pedagang dan merampok pengiriman upeti ke kerajaan Kediri. Perampok tersebut sering membagikan hasil jarahannya kepada masyarakat miskin. Kesewenang-wenangan Tunggul Ametung yang memeras pajak rakyatnya serta kesewenang-wenangan Kerajaan Kediri yang menyingkirkan kaum brahmana membuat munculnya gerakan perampokan tersebut. Salah satu tokoh perampok tersebut adalah seorang anak muda yang digdaya yang bernama Temu.


Dalam sebuah pertempuran Temu hampir binasa, namun dia diselamatkan oleh Dewa Wisnu yang kelak akan menitis ke dalam dirinya. Temu kemudian disuruh berguru kepada Begawan Tantriyana dan melanjutkan ke Begawan Loh Gawe. Setelah mengalami penggemblengan mental, Temu yang kemudian berubah nama menjadi Ken Arok, mengikuti sayembara tanding untuk menjadi pengawal Akuwu Tumapel. Siasat ini dilakukan agar Ken Arok bisa masuk dan menyelidiki kerajaan Tumapel dari dalam.


Ken Arok yang berhasil menjadi pengawal Akuwu Tumapel, kemudian menjalankan siasat dengan membangun jaringan dengan kawan-kawannya yang eks perampok serta membangun hubungan dengan para brahmana. Ken Dedes sendiri sangat berharap kehadiran Ken Arok akan mampu membebaskan tekanan batin yang dideritanya. Ken Dedespun terus berusaha mendekati Ken Arok untuk menumpahkan deritanya.

Di Kerajaan Tumapel sendiri, kondisi Tunggul Ametung  yang sudah tua dan sakit-sakitan juga mengundang munculnya rencana kudeta dari salah satu pengawal Tunggul Ametung yang bernama Kebo Ijo. Dia bersekongkol dengan Belakangka (brahmana penasehat raja) dan Empu Gandring (pembuat senjata).  Tunggul Ametung meninggal  dalam ontran-ontran kudeta. Dengan kecerdikannya, Ken Arok bisa melucuti rencana kudeta tersebut.  Ken Arok kemudian diangkat menjadi raja Tumapel menggantikan Tunggul Ametung.


Setelah menduduki tahta Tumapel, Ken Arok kemudian memperluas wilayahnya dan akhirnya berhasil merebut tahta Kerajaan Kediri dari Raja Kertajaya. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singosari, dengan didampingi Ken Umang seorang wanita yang dikenal sejak kecil dan menjadi teman seperjuanganya. Selain itu, Ken Arok akhirnya juga menyunting Ken Dedes sebagai istri mudanya yang kelak akan melahirkan keturunan raja-raja besar di Jawa.

Buku ini ceritanya mengalir sederhana dan tidak banyak “kagetan” di dalamnya. Dalam novel ini ditemukan istilah dalam bahasa Jawa/Jawa Kawi/sanskerta. Penggunaan istilah-istilah tersebut nampaknya dimaksudkan untuk menambah bobot artistic selain beberapa kata tersebut sulit dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Namun penggunaan istilah tersebut saya rasakan terkadang agak berlebihan sehingga malah terasa mengganggu. Gangguan tersebut pasti akan lebih dirasakan bagi para pembaca yang tidak bisa berbahasa Jawa (meski di tiap bab, disediakan terjemahannya).

No comments: