Sunday, December 29, 2013

BUKITTINGGI-ROTERDAM LEWAT BETAWI; sebuah Otobiografi

Buku 1 dari trilogi Untuk Negeriku
Oleh Mohammad Hatta
Penerbit Buku Kompas,
Jakarta 2011
ISBN 978-979-709-540-6
324 halaman

Buku ini merupakan otobiografi salah seorang tokoh proklamator kita yakni Bung Hatta. Bung Hatta yang lahir tahun 1902 menjadi anak yatim dalam usia 8 bulan. Beliau dilahirkan dari keluarga ulama yang alim dan disegani. Maka tidak mengherankan bila Bung Hatta dulunya digadang-gadang untuk mendalami agama Islam dan menjadi ulama.

Namun takdir menentukan lain. Beliau yang tekun dan cerdas, menempuh pendidikan dasar di Bukittinggi dan melanjutkan pendidikan menengah MULO di Padang. Di kota Padang inilah Hatta mulai belajar berorganisasi melalui klub sepakbola Swallow dan kemudian berkenalan dengan organisasi Jong Sumatranen Bond/JSB (Organisasi Pemuda Sumatera) dan mendapat jabatan sebagai Bendahara pada usia 16 tahun.

Pada usia 17 tahun, Hatta melanjutkan pendidikan di sekolah perdagangan Prins Hendrik Schoo/PHSl di Betawi (nama Jakarta tempo dulu). Di Jakarta ini Hatta semakin intensif dalam berorganisasi di JSB.  Di sekolah PHS, bakat kutu buku Hatta makin mencuat sehingga buku-buku text book ekonomi dan social dilalap habis. Di Jakarta ini Hatta berkenalan dengan tokoh nasional seperti Haji Agus Salim yang memberikan inspirasi perlunya membentuk nasionalisme dan menanggalkan ego daerah.

Setelah lulus dari PHS, beliau diiming-imingi  jabatan empuk, namun tekad Hatta untuk belajar sangat tinggi, sehingga beliau memutuskan untuk meneruskan sekolah. Ketertarikannya di bidang ekonomi dan adanya dukungan bea siswa dari  sebuah yayasan di negeri Belanda, menghantar Bung Hatta untuk masuk di Handelshogeschool di Rotterdam Belanda pada usia 19 tahun. Selama sekolah di Belanda, intelektualitas Hatta semakin terasah dengan belajar kepada para profesor ternama dan dukungan buku-buku yang melimpah.

Di samping aktif belajar, Hatta juga terus membangun jaringan dengan sesama pelajar Indonesia di sana dan mendirikan organisasi yang dinamakan Perhimpunan Indonesia (PI). PI ini merupakan organisasi pelajar yang mulai memikirkan  kemerdekaan Indonesia dengan pendekatan non cooperative. Dalam usia 24 tahun, Hatta berhasil tampil sebagai propagandis PI yang terlibat aktif dalam gerakan anti kolonialisme dan imperialism internasional. Hatta mulai tampil dalam level internasional untuk memperkenalkan nama “Indonesia” dan aktivitasnya ini mengantarnya bertemu dengan Nehru dan tokoh2 internasional lainnya. Aktivitas PI lama kelamaan dirasa merongrong pemerintah Belanda sehingga Hatta dan beberapa tokoh PI lainnya ditagkap dan diadili. Di pengadilan inilah Hatta menulis pembelaan yang diberi judul “Indonesia Merdeka”. Beliau juga diback up oleh beberapa pengacara Belanda yang bersimpati kepada PI. Pembelaan Hatta dan para pengacaranya berhasil, dan keberhasilannya tersebut membuat pamor PI menjadi semakin berkibar di level internasional.


Membaca memoir Bung Hatta dalam buku ini, kita dituntun menelusuri jejak sejarah beliau sebagai  tokoh pergerakan nasional. Bahasa yang ringan, membuat isi buku ini mudah dipahami. Saya sangat menaruh rasa hormat kepada beliau dimana dalam usia muda beliau sudah bisa menjadi tokoh organisasi pergerakan nasional yang sangat disegani di level nasional bahkan internasional. Kekaguman yang lain adalah sifat beliau yang haus ilmu membuat beliau rajin melalap buku bacaan untuk memperluas pengetahuan dan wawasannya. Kepintaran Bung Hatta dalam mengatur waktu, juga menjadi sisi lain yang menarik sehingga aktivitas berorganisasinya bisa berjalan seiring dengan aktivitas belajarnya……

No comments: