Sunday, August 04, 2024

Guru Kemanusiaan; Memoar Intelektualisme dan Aktivisme Susetiawan

 


Guru Kemanusiaan; Memoar Intelektualisme dan Aktivisme Susetiawan.

Editor: Krisdyatmiko

Penerbit Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan , FISIPOL-UGM

Yogyakarta, 2024

ISBN

306 halaman

 

Buku ini merupakan kumpulan tulisan kesan-kesan dari kolega, mantan mahasiswa dan mahasiswa terhadap Professor Susetiawan yang purna tugas di tahun 2023. Beliau yang biasa dipanggil akrab dengan sebutan Pak Sus merupakan seorang guru besar Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dulu disebut Ilmu Sosiatri), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM).

Bagi saya, Pak Sus merupakan sosok dosen yang sudah “purna”  dalam menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi.  Dalam bidang Pendidikan Ilmiah, beliau merupakan sosok yang sangat menguasai materi ajar. Beliau mampu mengupas berbagai teori dan materi yang berat dengan Bahasa sederhana yang mudah dipahami. Pak Sus juga mempunyai pengetahuan yang luas dan up to date yang mudah “connect” dengan topik-topik skripsi dan tesis mahasiswa bimbingannya. Dari sisi  metodologi mengajar, beliau tanpa bantuan media ajar (seperti bahan presentasi) mampu menjelaskan materi dengan sangat fasih, runtut dan lengkap. Dalam mengajar, beliau suka membangun kedekatan fisik dan emosional dengan cara berkeliling ke meja para mahasiswa. Meski sudah sepuh, Pak Sus juga mau belajar teknologi mengajar jarak jauh ketika pandemi COVID merebak dimana-mana. Beliau dengan kemauan kerasnya terus belajar agar bisa melayani mahasiswa dengan sebaik-baiknya. Dari sisi ideologi, Pak Sus tidak mau pendidikan kita menjiplak habis metode dan content dari negara luar. Beliaupun mengembangkan matakuliah tentang Local Knowledge Management yang berusaha menggali dan mempromosikan kearifan lokal masyarakat. 

Dalam bidang Penelitian Ilmiah, Pak Sus terlibat dalam banyak penelitian. Bahkan beliau juga sempat menjadi pimpinan  di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK UGM). Beliau juga sempat aktif menjadi Dewan Penasehat di Yayasan Institute for Research dan Empowerment (IRE) Yogyakarta. Dalam beberapa kegiatan penelitian ini, integritas Pak Sus dkk diuji karena temuan lapangan seringkali berbeda dengan “pesan sponsor” dari penyandang dana, dan Pak Sus dkk lebih memilih untuk mengutarakan fakta yang senyatanya meski harus menghadapi resiko berseberangan dengan sponsornya.

Dalam bidang Pengabdian Masyarakat, Pak Sus banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial termasuk menjadi relawan ketika Jogjakarta tertimpa bencana, beliau juga aktif menolak RUU Sumberdaya air yang dirasakan merugikan kepentingan petani dan pemakai air, fasilitasi konflik Masyarakat dalam pengelolaan SDA   dan pernah menjadi penasehat (Musytasyar) PW Nahdhlatul Ulama Yogyakarta.

Berbicara tentang Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK), tidak lengkap kiranya bila tidak menyebut peran strategis Pak Sus dkk. Pak Sus di tahun 2005 menulis artikel Jurusan Ilmu Sosiatri: “Hidup” tak banyak orang tahu, “Mati” jangan dulu. Tulisan ini merupakan salah satu otokritik tentang Jurusan Ilmu Sosiatri yang dirasakan tidak begitu dikenal Masyarakat maupun ruang lingkup akademis yang kurang fokus. Melalui serial diskusi, Pak Sus berhasil membidani Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) sebagai nama baru jurusan Ilmu Sosiatri yang disahkan tahun 2010.  Departemen PSdK ini mempunyai fokus melahirkan alumni yang mempunyai kompetensi di bidang: (1) analisis kebijakan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, (2) tenaga pemberdayaan Masyarakat, (3) tenaga pengelola Corporate Social Responsibility (CSR) di Perusahaan. Refocusing  Departemen PSdK ini berdampak positif yang diindikasikan dengan semakin banyaknya Lembaga yang bekerjasama dengan Departemen PSdK dan meningkatnya jumlah calon mahasiswa yang mendaftar di Departemen PSdK. Beliau pulalah yang berperan besar mendorong adanya Prodi S2 dan S3 untuk Pembangunan Sosial di FISIPOL UGM. Beliau juga yang mendorong terbentuknya Asosiasi Pembangunan Sosial Indonesia yang beranggotakan beberapa Departemen/Program Study  Pembangunan Sosial atau yang sejenis dari berbagai Perguruan Tinggi negeri dan swasta. APSI berusaha membangun kurikulum standar untuk  bidang Pembangunan Sosial, dengan tetap mengakomodir ciri khas masing-masing Perguruan Tinggi. 

Pak Sus yang biasa berpenampilan sederhana dengan topi fedora, mobil Datsun tua-nya dan pipa rokoknya, merupakan sosok yang tawadhu (rendah hati). Di saat orang berlomba-lomba mencari prestise dengan segala cara berburu gelar Profesor, sejak bertahun lalu Pak Sus malah gak mau dipanggil professor sekalipun dalam kehidupan kampus.  Sikap rendah hati tersebut dilengkapi dengan sifat sabar ketika menghadapi mahasiswa Tidak jarang Pak Sus yang proaktif menghubungi mahasiswa untuk mendorong mereka agar segera melanjutkan skripsi/Tesis atau penelitiannya. Beliau seorang “coach” yang handal, yang bisa mengeksplorasi kemampuan mahasiswa bimbingannya sehingga bisa menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas. Beliau juga merupakan sosok egaliter yang mampu bergaul akrab dengan siapapun baik dengan pejabat, akademisi, mahasiswa maupun petani kecil. 

Pak Sus walaupun menjadi senior, beliau tidak egoistis. Beliau mendorong kaderisasi dengan memberikan kesempatan kepada dosen yang lebih muda untuk tampil dalam berbagai forum. Beliau mendorong dosen-dosen muda untuk mengembangkan karir melalui pendidikan yang lebih tinggi. Beliau legowo memberikan tongkat estafet kepada generasi yang lebih muda.

Sebagai intelektual akademisi maupun sebagai pribadi, Pak Sus menunjukkan keberpihakan yang tinggi terhadap kaum marjinal. Beliau tidak segan-segan terlibat dalam akksi kemanusiaan dan advokasi untuk membantu yang lemah, dan seringkali dengan biaya pribadi. Keberpihakan tersebut juga tercermin dengan integritasnya yang berpegang pada “kebenaran akademis” yang terkadang harus berseberangan “penyandang dana penelitian” ataui pihak lain. Berulang kali beliau dkk masuk black list dan tidak mendapatkan tawaran proyek karena sikap tegasnya itu.

Selamat purna tugas Pak Sus. Njenengan sudah memberikan contoh utuh bagaimana ilmu digali, dikembangkan dan diamalkan. Semoga rekan-rekan dosen di Departemen PSdK bisa melanjutkan inisiatif dan kerja keras Pak Sus…Semoga semua kerja keras dan tauladan Pak Sus menjadi amalan yang mengalirkan pahala yang melimpah sepanjang masa…..

No comments: