Monday, August 05, 2024

Jurusan Ilmu Sosiatri: "Hidup" Tak Banyak Orang Tahu, "Mati" Jangan Dulu.

 


Jurusan Ilmu Sosiatri:  "Hidup" Tak Banyak Orang Tahu,  "Mati" Jangan Dulu.

Penulis: Susetiawan

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik  ISSN 1410-4946

Volume 9, Nomor 2, November 2005 (179 - 203)

 

Artikel ini merupakan sebuah refleksi dan otokritik dari Pak Susetiawan yang menjadi pengajar di Jurusan Ilmu Sosiatri FISIPOL UGM.  Beliau merasa Jurusan Ilmu Sosiatri yang didirikan sejak tahun 1957 memang bergerak namun seperti jalan di tempat. Publik jarang sekali mengetahui keberadaan jurusan Ilmu Sosiatri ini. Bahkan lowongan kerja di instansi pemerintah pun seringkali tidak mencantumkan alumni jurusan Ilmu Sosiatri dipersilahkan sebagai pelamar.

Jurusan ilmu Sosiatri awal mulanya didirikan untuk membantu menjawab persoalan sosial yang ada paska kemerdekaan. Nama Sosiatri itu sendiri diambil dari analogi Psikologi (ilmu Kejiwaan) dan Psikiatri (ilmu Penyakit Jiwa). Makanya Ilmu Sosiologi (ilmu yang mempelajari Hubungan antar Manusia) mempunyai turunan Ilmu Sosiatri (ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit sosial dalam Masyarakat). Meski demikian dalam perkembangannya, Ilmu Sosiatri tidak hanya mempelajari ilmu penyakit masyarakat namun juga mempelajari pengembangan masyarakat. Bahkan konten Pengembangan Masyarakat menjadi lebih dominan.   

Di level internasional istilah “Sosiatri” jarang ditemukan. Ada satu-dua istilah Sosiatri tapi lebih merupakan bagian bidang psikiatri yang berkaitan dengan konflik lingkungan sosial. Pak Sus melihat minimnya istilah Sosiatri di level internasional akhirnya juga menghambat Upaya pengembangan jejaring keilmuan.

Meskipun  istilah Ilmu Sosiatri berkembang di Indonesia dan sangat jarang ditemukan di dunia internasional, namun kalau ditilik dari ruang lingkup utama yang mencakup “Pemberdayaan Masyarakat”, kita tidak bisa meng-klaim bahwa “pemberdayaan Masyarakat” adalah ilmu dari pribumi. Karena Pengembangan Masyarakat juga telah berkembang lama di negara-negara lain. Kita melakukan pembaharuan hanya dari sisi istilah dan ideologi semata.

Di sisi lain membuang atau mengganti nama Sosiatri juga bukan hal mudah, karena nama sosiatri mempunyai nilai sejarah hasil pemikiran para guru besar saat itu. Ruang lingkup Ilmu Sosiatri  yang berdekatan dengan Pengembangan Masyarakat sebetulnya lebih dekat dengan “Community Development”. Namun mengapa para guru besar lebih memilih istilah “Ilmu Sosiatri”?? Pak Sus menduga para guru besar saat itu tidak menyukai istilah “community development” karena  istilah community development dekat dengan idiologi rezim kapitalis liberal. Indonesia yang baru merdeka harus berani mengeluarkan istilah baru yang lebih menonjolkan nasionalisme ke-Indonesiaan-nya. Sehingga seandainya terjadi perubahan nama Sosiatri hendaknya jangan sampai menghilangkan ruh ideologinya.

Untuk membumikan Jurusan Ilmu Sosiatri, Pak Sus menyarankan perlunya: (1) meninjau penamaan dan ruang lingkup kajian Ilmu Sosiatri dengan memperhatikan ruh akademik Ilmu Sosiatri yang berorientasi pada national character building (2) kajian terhadap output dari proses pendidikan formal dan konsekwensi perubahan kurikulum, Pak Sus menyarankan keluaran Ilmu Sosiatri adalah fasilitator pemberdayaan masyarakat atau agen-agen pembangunan  (3) kajian terhadap profesi ataui keahlian khusus yang akan didalami oleh jurusan Ilmu Sosiatri, yang dalam hal ini Pak Sus menyarankan Ilmu Sosiatri bisa mengembangkan profesi agen-agen perubahan/Pembangunan yang punya keberpihakan kepada kaum marjinal seperti yang banyak dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat.

 

 

 

No comments: