Friday, September 28, 2007

Merauke, tanah tanpa batu

Tatkala berkunjung ke Merauke - Papua, sepuluh tahun lalu, aku memerlukan waktu hampir dua hari untuk menempuh perjalanan udara dari Jakarta ke Merauke. Pagi setelah subuh saya dan Mas Haryo (teman sekantorku) berangkat dari Jakarta ke Ujungpandang. Setelah nunggu beberapa jam, kami ganti pesawat dan meneruskan perjalanan ke Jayapura dan transit di Ambon, Sorong dan Biak. Sampai di Jayapura sudah jam 19.00 sehingga kami terpaksa menginap di Jayapura. Untunglah disana ada Mas Istiyoso yang merupakan saudara sepupuku, sehingga kami sempat mampir dan muter-muter sedikit lihat daerah Sentani. Pagi hari kami baru melanjutkan perjalanan via udara dari Jayapura ke Merauke.

Sampai di Merauke, rekan-rekan WWF menyambut kedatangan kami. Aku merasakan udara yang agak kering dan panas. Selama disana saya sempat keliling kota dan terpana melihat bahwa sangat sulit untuk mencari batu. Sehingga untuk membangun rumah, orang menggunakan batu karang. Demikian pula untuk pasir, mereka menggunakan pasir yang diambil dari pantai...jadi pasirnya warna cokelat karena mungkin berasal dari cangkang binatang laut atau karang yang mati kemudian hancur.... Kondisi Merauke ini hampir sama dengan beberapa daerah di Kaltim, dimana orang agak sulit cari batu. Sehingga tidak mengherankan bila untuk membangun jalan atau rumah tembok biayanya cukup mahal karena semen harus didatangkan dari luar daerah (dan terkadang harus pake pesawat), demikian pula batu serta material lainnya juga didatangkan dari jauh...Kupikir inilah tantangan bagi Pemerintah untuk bisa mengembangkan dan mengaplikasikan konsep pembangunan yang adil dan merata.

No comments: