Wednesday, November 21, 2007

Hargailah jerih payah pasanganmu

Kakakku nomor dua bernama Sri Hartati dan biasa kupanggil Mbak Tatik. Beliau tinggal di Yogya dan berwirausaha buka kios kelontong. Mbak Tatik lahir tahun 1952 dan menikah tahun 1975. Sejak tahun 1981/1982, kakakku menjanda karena kakak iparku meninggal dunia akibat sakit lever. Dengan dukungan keluarga besar kakak iparku, kakakku berwiraswasta dan membesarkan ketiga orang anaknya. Beliau semenjak ditinggal kakak iparku fokus menangani wiraswasta dan tidak menikah lagi. Alhamdulillah perjuangannya membuahkan hasil dimana 2 orang anaknya saat ini sudah bekerja di kejaksaan dan 1 orang anaknya menemani kakakku berwiraswasta. Beliau juga sudah mempunyai seorang cucu yang cerdas dan lucu. Dudi anakkupun sangat dekat dengan Mbak Tatik dan biasa memanggilnya dengan sebutan Mama Ndut karena badan Mbak Tatik agak gemuk.
Dari kakakku aku belajar tentang sebuah kesetiaan dan perjuangan untuk membahagiakan keluarga. Aku ingat kakakku pernah bilang padaku bahwa suatu saat ketika suaminya (kakak iparku) masih hidup, di suatu sore Kakakku sibuk masak di dapur untuk menyiapkan makan malam. Ketika kakak iparku pulang dari kantor, kakak iparku bilang bahwa dia sudah makan di luar dengan teman-temannya. Mendengar kata suaminya, kakakku kemudian menangis karena merasa jerih payahnya menyiapkan makan malam menjadi sia-sia. Dari cerita kakakku tersebut, aku memperoleh pesan bahwa dalam berumahtangga kita hendaknya harus menghargai jerih payah pasangan kita dan terkadang kita harus memberikan perhatian untuk hal-hal kecil.. Pesan kakakku itu selalu terngiang di telingaku sehingga akupun berusaha untuk menghargai jerih payah istriku....

No comments: