Sunday, June 05, 2016

AGROFORESTRI KARET: Benarkah kaya akan Imbalan Jasa Lingkungan?

Oleh: Pye-Smith C.
Penerbit World Agroforestry Center (ICRAF)
Nairobi – Kenya, 2013
ISBN 978-92-9059-352-2
32  halaman

Buku ini berisi pengalaman ICRAF dalam pengembangan agroforestry karet di Sumatera dan Kalimantan.

Masyarakat local di Jambi dan Kalimantan di Sumatera dan Kalimantan, selama ini sudah mengembangkan budidaya tanaman karet secara tradisional. Pengelolaan karet tradisional yang ditandai dengan pemakaian bibit cabutan dari anakan liar dan pemeliharaan yang sekedarnya serta minim pemupukan, mengakibatkan produktifitas pohon karet tradisional cenderung rendah. Di sisi lain, banyak introduksi kebun karet intensif oleh perusahaan besar yang menggunakan bibit unggul, pemupukan intensif, system monokultur dan membutuhkan modal besar. System monokultur perkebunan besar tersebut dikuatirkan akan menggusur kebun karet tradisional yang kaya akan keanekaragaman hayati. 

Oleh karena itu ICRAF mencoba melakukan penelitian tentang tumpangsari (agroforestry) di kebun karet untuk mencari win-win solution yang bisa menjembatani aspek ekonomi dan aspek ekologi budidaya karet.  Beberapa hal yang diintroduksi dalam penelitian ini antara lain pemakaian bibit karet unggul, pola tanam, jenis tanaman tumpangsari, dan pemupukan.

Hasil penelitian ICRAF menunjukkan hal sebagai berikut:
  1. Kebun karet agroforestry yang menggunakan bibit unggul dan pemupukan memberikan hasil pendapatan 3 kali lipat dibandingkan kebun karet tradisional.
  2. Dibandingkan  kebun karet intensif monokultur, kebun karet  agroforestry yang menggunakan bibit unggul dan pemupukan memberikan hasil pendapatan yang lebih rendah. Meski demikian investasi modal untuk kebun karet monokultur sangat tinggi. Dengan memperhitungkan modal, pendapatan dari kebun karet agroforestry memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibanding kebun karet monokultur.
  3. Kebun karet agroforestry memberikan berbagai pilihan komoditi sebagai sumber pendapatan sehingga ketahanan pendapatan keluarga lebih kokoh karena tidak tergantung satu produk saja.
  4. Kebun karet agroforesty memberikan peluang bagi tumbuh berkembang keaneka ragaman hayati di tingkat local dan perbaikan unsur hara.
  5. Kebun karet agroforestry memberikan kesempatan kepada warga local dalam proses inovasi seperti pengembangan kebun bibit rakyat karet unggul.
  6. Kebun karet agroforestry bisa berkembang menjadi kebun tua yang mirip hutan sekunder. Hal ini berpeluang untuk didorong menjadi jasa lingkungan melalui skema REDD atau skema lain yang relevan. Meski untuk itu masih diperlukan advokasi yang lebih intensif.



Secara umum buku ini ringan dibaca dan mengalir narasinya. Meski demikian, perlu disayangkan data-data numerik seperti penghasilan keluarga, investasi modal yang diperlukan tidak dimunculkan dalam buku ini. Bagi saya, data numerik perlu ditampilkan untuk memberikan gambaran deskriptif yang lebih kongkrit.

No comments: