Wednesday, May 28, 2008

Mama Cemburu tuh..

Di malam Rabu kemarin, sambil santai aku dan istriku menonton acara Empat Mata yang dipandu oleh Thukul Arowana. Malam itu, topik yang dibicarakan adalah budaya dari Arab. Nampak di TV, para pengunjung di studiopun sebagian keturunan Arab. Hal itu terlihat dari wajah mereka yang khas Arab termasuk cara berpakaiannya. Acara dibuka, dengan suguhan musik dan tari arab. Ditengah irama musik yang didominasi oleh rebana berirama riang, tampil 2 orang laki-laki penari yang licah gemulai. Setelah acara pembukaan, Thukul mengundang bintang tamu yang ternyata Nayla Alatas. Melihat penampilan Nayla, aku terkesiap dan berucap pada istriku: "Wah si Nayla ini cantik dan manieez banget ya ma?. Namun istriku sambil melengos malah ngomong: "ah kayak gitu kok cantik. Si Nayla nggak cantik ah". Aku nggak terima dengan pendapat istriku, maka aku cari dukungan pada si Dudi yang saat itu lewat ruang keluarga sehabis dari kamar mandi. Aku bilang: "Si Nayla cantik kan Dud? Mosok maniez kayak gitu kok dibilang nggak cantik sama Mama. Dia cantik kan? Si Dudi dengan cuek tapi senyam-senyum bilang: "Papa mosok nggak tahu sih. Mama bilang Nayla nggak cantik karena cemburu. Habis papa memuji wanita lain di depan Mama sih". Mendengar jawaban Dudi itu aku tertawa ngakak... sedangkan mamanya Dudi tersenyum malu-malu mendengar tuduhan anaknya yang polos itu....

Saturday, May 24, 2008

Jerman 11: Kantor GTZ Pusat

Dari tempat Pak Gottfried, saya kemudian mau ke tempat Bu Anja yang menjadi kolegaku di IFFM dulu dan sudah habis kontrak sehingga beliau sudah berada kembali di Jerman. Sebelum ketemu Bu Anja, sewaktu di Frankfurt aku sempatkan kunjungi kantor GTZ Headquaters di Eschborn. Di kantor GTZ itu aku menemui Pak Ludwig Schindler yang mantan bosku di IFFM. Beliau menerimaku dengan senang hati dan menjamuku dengan kue-kue. Beliau saat itu lebih banyak ngurusi proyek GTZ di Amerika Latin. Namun beliau juga sering kangen dengan Indonesia dan Samarinda. Beliau juga masih bisa berbahasa Indonesia walau agak patah-patah. Pak Ludwig bercerita bahwa saat itu beliau indekos sendirian di Frankfurt, dan setiap akhir pekan menengok putri dan istrinya di sebuah kota kecil di daerah Bavaria yang membutuhkan enam jam perjalanan pake mobil dari Frankfurt.

Kunjunganku ke Pak Ludwig saat itu berlangsung sekitar 2 jam, karena aku harus segera ke stasiun untuk meunju rumah Bu Anja. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Pak Ludwig yang sudah menerima kehadiranku dengan penuh keramahan....

Friday, May 23, 2008

Jerman 10: Ketemu Guru dari Jerman

Sewaktu bermalam di tempat Pak Gottfried, saya diajak istri Pak Gottfried untuk menonton konser musik di kastilnya. Saat itu adik perempuan Pak Gottfried baru lulus sekolah musik, dan dia mengadakan konser musik di kastil itu dengan mengundang tetangga-tetangga sekitarnya. Seingatku yang main musik ada sekitar 5 orang dengan instrumen biola dan cello. Suasana sangat tenang ketika mereka memainkan musik klasik. Setelah permainan selesai orang-orang memberikan standing applaus sampai 3 kali. Aku sendiri nggak tahu para pennton memberikan applaus karena permainan musik yang indah atau karena sekedar sopan santun.Walau aku belum bisa menikmati musik klasik, untuk sopan santun aku juga ikutan berdiri memberikan applaus. Sewaktu kami ketemu para pemusik itu di kantin kastil, adik pak Gottfried bercerita dengan penuh penyesalan bahwa saat memainkan musik sebenarnya mereka kurang sempurna karena ada satu bait yang terlewatkan.... aku jadi mikir, jangan-jangan para penonton sebenarnya juga nggak paham-paham amat tentang musik klasik itu sehingga ketika ada bait yang terlewatkan nggak ada penonton yang protes atau mengoreksi he..he...he,....
Saat pertunjukan musik berhenti, tiba-tiba ada seorang laki-laki tua menyapaku dalam bahasa Indonesia: "Selamat Malam". Saya dan Ibu Michaella terkejut mendengar sapaan itu. Kami bertanya: "Kok anda bisa berbahasa Indonesia?". laki-laki yang merupakan tetangga Pak Gottfried itu bercerita bahwa dia pernah tinggal di daerah Mandomai - Kalteng selama beberapa tahun. Dia dikirim oleh Zending untuk mengajar di sebuah STM pertukangan di Mandomai - Kuala Kapuas itu. Dia cerita bahwa anak-anaknya ada yang lahir di Surabaya, Banjarmasin bahkan ada yang lahir di atas long boat dalam perjalanan dari Kuala Kapuas sewaktu menuju rumah sakit di Banjarmasin. Dia sangat mencintai Kalteng, namun karena kontrak kerjanya sudah habis beliau kembali lagi ke Jerman. Terima kasih kepada bapak tua yang sudah bersedia membagi ilmu buat saudara-saudaraku di Kalteng.....

Jerman 9: Kastil Pak Gottfried

Dari Berlin aku terbang ke Frankfurt. Bandara Internasional Franfurt cukup besar. Saya dijemput Pak Gottfried yang dulu kerja di GTZ SFMP Samarinda tapi saat itu sudah habis kontrak dan pulang kembali ke Jerman. Selain menjemputku, dia juga menjemput kenalan lamanya dari Chili. Kami bertiga kemudian ditraktir pak Gottfried di sebuah restoran Thailand di bandara itu...Aku makan nasi dan ayam goreng...ehmm ueenak banget karena sudah dua minggu jarang ketemu nasi...dasar perut kampungan..he..he... wow harganya cukup mahal...dengan menu seperti itu kami bertiga habis 60 Euro atau 600 ribu rupiah... Bayangin kalo uang sejumlah itu untuk makan di warteg atau warung pincuk Ponorogo, pasti perut kita sudah meledak he..he.. Di parkiran mobil, Pak Gottfried juga bercerita bahwa ongkos parkir selama 3 jam bisa sampai sekitar 15 Euro (150 ribu rupiah)..wah bisa buat parkir selama 2 bulan di pinggiran jalan samarinda, batinku....
Pak Gottfried tinggal bersama keluarga besarnya tinggal di kastil (istana kecil) yang sudah berusia beberapa abad. Bangunannya artistik dan temboknya tebal banget karena konon bangunan itu dulunya juga merupakan benteng pertahanan dari musuh. Daun pintunya juga tebel banget dengan engsel yang sangat kokoh. Untuk pemanas ruangan di musim dingin, konon mereka sebagian memakai kayu bakar yang dihasilkan dari hutan mereka. Aku sempat naik ke menara kastil itu untuk melihat pemandangan sekitarnya. Di kastil itu juga terdapat museum kecil yang berisi diorama sejarah kastil, pakaian perang, hewan hasil berburu dan juga kotak-kotak kecil yang berisi jenis daun, biji, akar, kulit batang, kayu dari beberapa jenis pohon yang ada di hutan keluarga. Kotak itu dan usianya sudah berusia beberapa abad namun masih terawat dengan baik.
Pak Gottfried saat itu punya anak 3. Mereka tidak memiliki pembantu. Pak Gottfried bercerita bahwa ketika di samarinda dia bisa gaji 5 orang pembantu rumah tangga. Tetapi di Jerman dia tidak bisa mempekerjakan pembantu satu orangpun karena upah pembantu di Jerman sangat mahal....
Sebagai keluarga bangsawan, keluarga Pak Gottfried mempunyai hutan keluarga seluas sekitar 400 hektar. Mereka mempekerjakan seorang forester dan beberapa tenaga kasar untuk mengelolanya. Produk dari hutan ini utamanya adalah kayu. Meski sifatnya hutan buatan (man made forest) di hutan itu juga masih terdapat binatang rusa. Hutan itu kelihatan masih bagus dan tegakan kayunya masih cukup rapat.
Suasana keluarga yang ramah dan penuh kehangatan membuatku kerasan tinggal di sana. Sayang, saya hanya bermalam satu hari saja karena harus melanjutkan perjalanan ke tempat ibu Anja. Terima kasih Pak Gottfried dan keluarga besarnya yang sudah berkenan menerima kehadiran saya dengan penuh persaudaraan.

Wednesday, May 21, 2008

Jerman 8: Taksi Jepangnya mana? …

Di Berlin, aku berpikir untuk menggunakan taksi untuk perjalanan dari stasiun ke hotel yang kupesan karena aku belum tahu arah dan letak hotel itu. Di pangkalan taksi kulihat semua taksi bermerek Mercedes. Lihat mobil-mobil mewah itu, imageku langsung mikir bahwa taksi ini pasti taksi klas elite dan mahal karena merknya ngetop dan mobilnya mulus serta gede… seperti Silverbird di Jakarta. Makanya kuputuskan untuk nunggu taksi yang barangkali lebih murah dan mungkin dengan merk mobil Jepang. Nunggu sekitar 30 menitan ternyata nggak ada taksi mobil Jepang datang.

Suatu ketika datang sebuah taksi dan sopirnya turun. Dia kemudian melihatku dengan sedikit terkejut. Sopir yang berkulit sawo matang itu mendekatiku dan bertanya: “anda dari Asia?”. Kujawab: “Ya. Saya dari Indonesia”. Orang itu terkejut dan kemudian tersenyum lebar: “Wah kalo begitu kita satu tanah air dong mas. Saya asli dari Medan, Cuma sudah beberapa tahun tinggal di Berlin dan jadi sopir taksi di sini”. Dia kemudian cerita bahwa jadi sopir taksi di sana cukup lumayan hasilnya untuk menghidupi keluarga dengan 3 orang anak. Mereka setiap dua tahun sekali bisa mudik ke Indonesia. Dia cerita bahwa sopir taksi di Berlin didominasi orang Turki, namun terdapat beberapa WNI jadi sopir taksi di sana. Dia juga menambahkan bahwa privasi penumpang sangat dihormati sehingga sopir tidak boleh menawarkan taksi pada penumpang. Penumpanglah yang mendatangi sopir bila dia butuh taksi. Kalo sopir menawar-nawarkan taksi sama penumpang apalagi memaksa, dia akan dapat sanksi dari perusahaan….wah luar biasa banget penghormatan pada privasi penumpang. Coba Bandara Cengkareng, sopir taksinya sesopan itu pasti penumpang akan nyaman banget, kataku dalam hati....

Aku kemudian tanya; “ Mas, apakah taksi disini Mercedes semua? Apa ada yang mobil Jepang? Saya lagi nunggu nih yang mobil Jepang.” Dia terbahak-bahak dan menjawab; “ Disini semua taksi mobil Mercedes mas. Nggak ada yang mobil Jepang. Sampeyan tunggu sampai kiamatpun nggak bakalan ada mobil taksi Jepang menghampiri sampeyan di sini”. Dia bercerita bahwa pada saat beli harga Mercedes memang mahal namun sampai batas kilometer tertentu sparepartnya diperoleh gratis, sehingga biaya maintenancenya nanti agak murah. Pembicaraan kami kemudian terputus karena ada calon penumpang menghampirinya dan kemudian dia harus pergi mengantar penumpang itu… etelah dia pergi, dalam hati aku ketawa sendiri sambil membatin: “Dasar kampungan aku ini….di negeri Mercedes kok nyari mobil Jepang yang murahan he..he…he..”

Akhirnya aku kemudian mendapatkan taksi untuk ke hotel. Seingatku tariff taksi untuk buka pintu sebesar 3 euro (30 ribu), kilo pertama, dst 1 euro (10 ribuan). Untuk jarak 2 kilometer aku menghabiskan sekitar 5 Euro atau 50 ribuan…mahal ya….Pantesan orang Jerman sendiri jarang yang naik taksi dan lebih memilih naik trem (kereta api dalam kota) yang jauh lebih murah.
Kamar hotel yang kupake ternyata agak kecil hanya 3 x 3 meter dengan fasilitas standard saja…Tarifnya 100 Euro per malam…padahal untuk di samarinda fasilitas ruangan itu paling sekelas kamar standard di Hotel Mesra yang paling hanya 400 ribuan saja…ah betapa nggak berharganya nilai uang kita di negeri orang….

Jerman 7: Backpackers yang gagal …

Setelah acara seminar selesai, pada hari sabtu aku naik kereta ke Berlin dan rencananya minggu terbang ke Frankfurt. Di perjalanan, banyak kulihat kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah jompo bepergian tanpa di antar anak atau orang yang lebih muda. Mungkin hal ini diakibatkan budaya mereka dimana anak setelah dewasa terbiasa hidup terpisah dari orangtuanya. Kasihan melihat mereka berjalan tertatih-tatih sambil membawa koper. Seringkali kubantu mereka itu menenteng koper pada saat melewati jembatan penyeberangan atau melewati jalanan yang agak rusak. Mereka sangat berterimakasih dengan bantuan kecilku yang tidak seberapa itu.

Sampai di Stasiun (Banhoff) Berlin, saya coba reservasi hotel. Tapi sialnya penuh semua karena hari esoknya mau ada event lomba Berlin Marathon sehingga banyak orang asing dan penduduk kota lain datang ke Berlin saat itu. Aku iseng-iseng mau jadi backpackers dan nginep di lobby bandara, makanya aku terus naik bus ke bandara. Di bandara udara sangat dingin dan empat duduk penuh. Makanya aku terus balik ke stasiun dan berjalan cari hotel di sekitar stasiun. Tapi sialnya hotel-hotel di situ juga penuh… pikiranku masih goyah kembali ingin nginep di lobby..aku balik ke bandara lagi…hal ini berulangkali terjadi sehingga aku sampai 3 kali bolak-balik dari stasiun ke bandara. Aku coba mau ajukan penerbangan ke Frankfurt menjadi hari Sabtu, tapi sayang aku harus bayar biaya tambahan biaya yang cukup mahal. Karena tidak kuat menahan dingin di bandara, aku balik ke stasiun dan coba cari hotel di sana. Akhirnya aku dapat hotel dengan tariff 100 euro (sekitar 1 juta rupiah) per malam. Hotel itu berjarak sekitar 2 kilometer dari stasiun.

Jerman 6: Rokok Kretek Identitas Bangsa

Ketika di Jerman, aku sempat membawa beberapa bungkus rokok kretek Gudang Garam Filter. Seorang fasilitator perempuan dalam seminar itu sering minta rokokku karena dia pernah ke Indonesia dan menyukai rokok itu. Demikian pula sewaktu di Bonn ketika aku merokok di lobby hotel ada seorang bule lewat didepanku. Setelah beberapa lama dia berbalik ke arahku dan dia bilang “anda dari Indonesia ya?”. Saya jawab “Ya. Bagaimana anda tahu saya dari Indonesia?”. Oh rokok anda sangat khas baunya. Akhirnya dia cerita kalau dia pernah tugas di Indonesia selama beberapa tahun untuk menggarap proyek agrarian di Badan Pertanahan Nasional. Ketika aku kehabisan rokok kretekku, aku terpaksa merokok rokok putih Marlboro karena cari rokok kretek di sana sangat sulit.

Jerman 5: Tour ke Leipzig, Berlin dan Bonn

Di Jerman saya dan kawan-kawan dari grup bahasa Inggris (Philippines, Kenya dan Tanzania) sempat jalan-jalan menikmati paket kereta api murah di hari libur. Tiket kereta untuk 5 orang dari Leipzig ke Berlin yang sekitar 2 jam perjalanan hanya 30 Euro untuk pulang pergi. Sedangkan di hari normal tiket 30 euro hanya untuk 1 orang sekali jalan. Pinter juga strategi mereka untuk menggalakkan pariwisata….Di Leipzig dan Berlin aku sangat menyukai bangunan-bangunan kuno. Saya juga sempat mengunjungi bekas tembok Berlin yang terkenal itu….

Bersama seluruh kelas, peserta juga diajak mengunjungi sebuah Hutan Lindung di dekat Leipzig, trus ke Bonn untuk kunjungi kantor BMZ di sana dan sebuah project GTZ untuk isu combating desertification (Melawan peng-gurun-an). Perjalanan dari Leipzig ke Bonn ini seperti dari ujung Timur ke Ujung Barat Jerman. Perjalanan ini menggunakan Bus yang sangat nyaman. Dalam perjalanan ini kami juga sempat mengunjungi daerah wisata Koenigswald dengan menggunakan perahu menyusuri sungai (kayaknya sungai Rheine). Di Bonn ini ada 2 hal yang kuingat yakni; (a) welcome drink disana berupa air aqua tapi rasanya pahit karena air aqua yang bersoda. Kalau ingin minum air putih biasa cukup ambil di kran air yang memang kualitas airnya sudah teruji steril (b) aku sewaktu ke Koenigswald kelupaan bawa jaket sehingga kedinginan di perjalanan. Untuk menghilangkan rasa dinginku, aku masuk ke restoran KFC. Inilah bedanya restoran di Jerman dan Indonesia. Kalo di Indonesia kita masuk restoran sekaligus untuk ngadem (mencari hawa sejuk), kalo di Jerman kita masuk ke restoran untuk mencari udara hangat.

Jerman 4: Besame Mucho…

Salah satu kenangan yang masih melekat kuat di ingatanku adalah rekan-rekan peserta seminar dari Amerika Latin (Peru, Ecuador, Chili, Bolivia dll). Mereka sangat ramah dan kalau malam mereka suka kongkow-kongkow main kartu sambil main music. Salah satu lagu yang sangat kusuka dan sering mereka mainkan adalah lagu berbahasa Spanyol berjudul adalah “Besame Mucho” yang artinya “Ciumlah daku banyak-banyak”. Lagunya romantic banget apalagi Patricio dari GTZ Chili sangat pintar memainkan guitar untuk lagu itu. Teman lain yang kuingat adalah Marc Andrade dari Ecuador yang sering berkirim email untukku.

Jerman 3: Fasilitator kuasai 4 bahasa internasional

Di Leipzig, aku dijemput pake mobil oleh seorang perempuan pegawai DSE dan di bawa ke kantor DSE di Zchortau.. Zchortau sendiri merupakan kota kecil namun bersih dan nyaman. Kantor DSE terdiri dari ruang kantor dan asrama untuk pelatihan dengan taman yang cukup luas dan asri. Peserta seminar sekitar 30 orang dari Asia, Amerika Latin dan Afrika. Fasilitatir terdiri 2 orang yakni Dr. Erich dan seorang perempuan yang namanya aku lupa. Peserta dicampur dalam satu kelas walaupun kami berbeda-beda bahasa. Disinilah hebatnya 2 orang Fasilitator yang fasilitasi seminar itu karena mereka bisa berbicara 4 bahasa yakni English, Spanish, French dan Jerman. Mereka presentasi pake bahasa Inggris untuk peserta Asia dan sebagian Afrika, trus langsung ngomong pake bahasa Prancis ke peserta Afrika, terus ngomong pake bahasa Spanyol ke peserta Amerika Latin… Luar Biasa mereka bisa switch otak mereka dalam 3 bahasa !!!!! Dua orang fasilitator itu pernah datang ke Indonesia bahkan ke Kaltim karena mereka pernah ikut suatu acara Seminar Kehutanan di Indonesia. Dr. Erich yang menjadi fasilitator itu juga kenal baik dengan Pak Alex Hinrich yang pernah kerja di GTZ Samarinda.

Dalam acara di kelas, sempat pula dihadirkan anak-anak SD di dekat kampus DSE untuk mempertunjukkan pengetahuan mereka dan permainan-permainan tentang pendidikan lingkungan hidup. Anak-anak tersebut tampil penuh percaya diri menghadapi orang asing. Hal yang mengagumkan menurutku dan perlu kita tiru di Indonesia….

Jerman 2; Profesional dan ramah

Setelah delay semalam akhirnya saya terbang dengan route Jakarta – Singapura – Zurich – Leipzig. Di Zurich, saya harus menunggu penerbangan ke Leipzig selama 6 jam. Tapi karena kuatir nyasar kemana-mana, akhirnya saya hanya nunggu di Bandara Zurich apalagi udara cukup dingin dan saya sedang flu. Di Bandara tersebut aku sempat lihat counter jam tangan Swiss yang terkenal bagus itu… sayang duitku cekak, jadi cuma bisa menonton dan ngiler karena tidak bisa membelinya….Setelah dari Zurich, aku terbang pake pesawat kecil yang berpenumpang sekitar 25 orang. Pesawat tidak penuh dan pramugarinya sudah agak tua namun ramah banget. Ketika saya meminta pisau, sendok dan gelas pesawat yang saya pake untuk makan di pesawat untuk saya bawa sebagai souvenir, dia malah memberikan perlengkapan makan yang masih bersih agar aku tidak repot membersihkan dan membawanya.

Jerman 1: Perjalananku yang tertunda

Perjalananku ke luar negeri yang ke lima ini merupakan perjalanan ke Jerman untuk mengikuti sebuah seminar internasional di lembaga DSE di kota Zschortau dekat Leipzig. Routeku sebenarnya Jakarta – Singapur – Frankfurt – Leipzig. Namun sewaktu mau flight di Jakarta pesawat Luftansa mengalami trouble sehingga kami delayed (tertunda) sehari dan saya dan seluruh penumpang diinapkan di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta yang cukup mewah. Pembelajaran pertama dari delayed ini adalah: (a) maskapai penerbangan sangat bertanggungjawab sehingga seluruh penumpang diinapkan di hotel mewah, (b) Maskapai penerbangan sangat professional karena mereka meminta kami memberitahu kontak person kami di Jerman sehingga mereka bisa member tahu kontak person di Jerman bahwa kami delayed (c) maskapai sangat professional karena mereka dalam waktu 1 malam sudah bisa membuat re-route (penyusunan route penerbangan baru) untuk seluruh penumpang.

Monday, May 19, 2008

Believe or not...laptopku....

Aku punya laptop DELL Latitude C 640 produksi tahun 2003. Laptopku itu termasuk mahal dan elite pada jamannya karena harga pertanggungan asuransinya sampai 18 juta. Meski sudah berusia hampir 5 tahun, laptopku tersebut masih bagus dan performancenya cukup baik. Untuk komponen hardware maupun software jarang ada trouble. Trouble pernah kualami untuk adaptor. Saat kukonsultasikan ke DELL singapore via email tentang trouble tersebut, respon mereka sangat memuaskan karena dalam hitungan jam email saya sudah dibalas...eh..aku kok malah promosi DELL ya..he..he...
Sebagai penyuka wanita cantik, aku sejak dulu suka mengkliping majalah dan mengoleksi foto-foto wanita cantik. Foto tersebut antara lain kutaruh dibawah kaca meja kerjaku. Terkadang kalau ada softfilenya, foto itu kutaruh dalam laptopku. Ada banyak artis yang kusimpan fotonya seperti Dewi Yull, Sundari Soekotjo, Tamara Blezinsky, Ikke Nurjanah, Cut Keke, Reza, Demi Moore, Siti Nurhaliza, Rossa dll. Biasanya foto yang kusimpan adalah wanita yang cantik, mandiri dan rumah tangganya adem ayem.
Beberapa hari lalu aku buka foto-foto itu, saat itu baru kusadari bahwa banyak wanita yang di laptopku tersebut mengalami musibah "CERAI" dari suaminya. Rumah tangga mereka yang dulunya adem ayem ternyata mengalami perceraian.... Kupikir jangan-jangan mereka terkena energi negatif dari laptopku ya.... karena sebelum kumasukkan ke laptopku mereka rukun2 aja...
...atau mungkin laptopku harus diruwat dengan dimandiin dengan air kembang setaman ya.....

TUJUH DOSA (menurut Mahatma Gandhi)


Politik tanpa Prinsip,
Kekayaan tanpa Pekerjaan,
Kenikmatan tanpa Hati nurani,
Pengetahuan tanpa Watak,
Perdagangan tanpa Moral,
Ilmu tanpa Kemanusiaan,
Ibadah tanpa Pengorbanan Diri.

Monday, May 12, 2008

Anakku dan Ujian sekolah

Tanggal 13 Mei 2008 besok Dudi anakku mau ujian sekolah karena dia sudah kelas VI di SDN 011, Vorfoo - Samarinda. Dudi sendiri biasanya nyantai saja walau sambil berusaha baca-baca buku pelajaran Biasanya kalo mau ujian, mamanya Dudi yang stress duluan karena kuatir prestasi Dudi jeblok. Apalagi lihat si Dudi nyantai belajarnya, mamanya biasanya jadi ngamuk-ngamuk.....

Alhamdulillah, walaupun belum ujian SD, si Dudi sudah lolos tes di kelas khusus SMPN1 dan SMPN2 Samarinda. Dia juga lolos tes akademik di SMP Islam Terpadu Cordova. Aku sendiri sebenarnya sangat menginginkan anakku sekolah di SMPIT Cordova karena aku ingin anakku dapat bekal agama yang mencukupi dan budi pekerti yang luhur, dan hal ini biasanya cukup sulit didapat di sekolah negeri yang sekuler. Istriku sendiri agak keberatan kalo anakku masuk di SMPIT Cordova karena persoalan sepele yakni istriku kuatir kesepian sendiri di rumah karena jam sekolah di Cordova dimulai pagi sampai sore hari. Nah anakku sendiri pengin masuk di SMPN 1 karena ada beberapa kawan SD-nya yang diterima di SMPN 1 dan beberapa kawan kursus english-nya juga sekolah di SMPN 1. Tapi Dudi sebenarnya juga tidak terlalu keberatan bila sekolah di SMPIT Cordova karena di sekolah itu ada makan siang catering yang enak dan warungnya murah-murah katanya.....

Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu menyetir cita-cita Dudi. Aku hanya berharap, berdoa dan berusaha membekali Dudi agar jadi anak yang berguna bagi sesama... Mau jadi dokter, polisi, tukang insinyur, sarjana hukum, tukang bakso, tukang becak semua terserah anakku... aku hanya ingin dia punya akhlak luhur dan bisa mengabdikan diri untuk kepentingan dan kemajuan masyarakatnya khususnya kaum dhuafa yang terpinggirkan selama ini...Semakin banyak masyarakat yang memperoleh layanan pengabdian anakku, itu semakin baik...

Aku lebih bangga
anakku nanti hidup bersahaja,
tapi dia dicintai masyarakat dhuafa,
daripada,
hartanya berlimpah,
tapi dia panen sumpah serapah,
dari masyarakat marginal yang terjajah.

Istriku dikutuk malaikat

Hari Minggu biasanya menjadi alasan aku agak lambat bangun dan bermalas-malasan di tempat tidur. Biasanya ketika hari libur aku agak malas bangun, istri dan terkadang anakku kemudian mengganggu tidurku dengan menggelitiki, menjahili atau berisik di tempat tidurku. Mereka lakukan itu agar aku cepat bangun dan tidak malas-malasan.
Hari minggu tanggal 11 Mei ini, aku masih tidur-tidur ayam setelah subuh. aku yang setengah sadar dikagetkan oleh istriku yang sudah bangun kemudian mengendap-endap ke kamar tidurku yang gelap dan kemudian menggelitiki aku. Melihat aku terbangun dan istriku kemudian mengendap-endap mau keluar kamar. Tak berapa lama istriku berteriak keras sambil mengaduh karena ketika dia mengendap-endap kakinya menendang ujung kaki tempat tidur. Sakit banget katanya sambil terus mengaduh dan mau menangis tapi juga sambil ketawa.... Aku yang masih setengah ngantuk hanya ikutan ketawa melihat penderitaaannya.
Sampai sore hari, istriku masih merasa kesakitan dengan jari kakinya itu... Akhirnya aku coba urut/pijat kaki dia dengan lembut...katanya sih pijatanku lumayan juga, karena sakit kakinya kok sudah berkurang...Sambil kuurut, aku mengolok-olok istriku; "Kamu kena kutuk malaikat tuh... wong pagi-pagi suami lagi istirahat kok digangguin. Harusnya kamu pijitin suami, manjain dengan sarapan dan kopi..he..he...he... Makanya kamu harus shalat taubat tuh agar kakimu cepat sembuh hi...hi...."

Daun yang tergusur Plastik

Waktu aku kecil di desa, plastik masih menjadi barang yang agak langka. Sehingga kalau ada tas kresek hitam, ibuku biasanya menyimpannya untuk dipakai kembali bila diperlukan. Saat itu, untuk pembungkus barang atau makanan biasanya dipakai daun-daunan. Misalnya daun pisang biasanya digunakan untuk bungkus tempe, bungkus nasi, bungkus kue dll. Daun jati untuk bungkus daging sapi kalau kita beli daging di pasar, bungkus tembakau yang sedang diperam tapi juga biasa juga untuk bungkus nasi. Daun waru biasanya dipakai untuk bungkus gula merah. Daun rumput glagah biasanya untuk bungkus tempe. Aku sendiri sangat suka makan nasi yang dibungkus pake daun pisang atau jati, karena aromanya khas dan harum membangkitkan selera....
Selain sebagai alat pembungkus, daun-daunan juga digunakan sebagai bahan kerajinan tangan seperti daun pandan untuk dibuat menjadi tikar. Selain itu banyak daun-daunan yang dijadikan bahan ramuan obat tradisional seperti daun dadap, daun cangkring, daun jambu dll..
Seiring perjalanan waktu, daun-daunan tersebut tergeser oleh barang substitusi seperti plastik atau kertas. Sayang memang, karena daun yang limbahnya bisa menjadi pupuk organik tergusur oleh plastik yang menimbulkan polusi....

Wednesday, May 07, 2008

Ada apa dengan dunia pendidikan kita?

Kata pejabat bangsaku telah maju,
orang yang buta huruf dulu,
kini telah bisa membaca buku,

Dulu, dalam satu nagari,
jumlah lulusan SMA bisa dihitung dengan jari
sekarang sarjanapun mudah dicari,

Tapi mengapa pendidikan yang konon ciamik,
tidak membawa ke kehidupan yang lebih baik?

Banyak sarjana politik,
tapi mengapa kehidupan politik malah makin penuh intrik?

Banyak sarjana sosial,
tapi mengapa masalah sosial menjadi makin crusial?

Banyak sarjana ekonomi,
tapi mengapa kehidupan ekonomi makin dikuasai monopoli?

Banyak sarjana kehutanan,
mengapa hutan makin gundul?

Banyak sarjana pertanian,
tapi mengapa malah muncul kerawananan pangan?

Banyak sarjana teknik sipil?
tapi mengapa kualitas fisik pembangunan makin labil?

Banyak sarjana arsitektur?
tapi mengapa bangunan warisan bangsa makin hancur?

Banyak sarjana teknik mesin,
tapi mengapa kita makin tergantung teknologi asing?

Banyak sarjana perikanan,
tapi mengapa laut kita malah diseksploitasi orang lain?

Banyak sarjana peternakan,
tapi mengapa kita malah impor daging luar negeri?

Banyak sarjana hukum,
tapi mengapa malah muncul kekacauan hukum?

Banyak sarjana agama,
tapi mengapa malah kehidupan agama makin terpinggirkan?

Apa yang salah dengan dunia pendidikan kita?
kayaknya itu semua karena dunia pendidikan kita tidak punya visi.
bisa mencetak sarjana,
tapi tidak tahu kemana arah akan dibawa,
kita akhirnya menciptakan robot-robot pengetahuan,
yang tergantung pada orang lain,
yang tidak mampu berkreasi memanfaatkan potensi,
yang tidak mampu memanfaatkan karunia Ilahi
di negeri tercinta ini.....

Oh Tuhan ampunilah kami.....

Friday, May 02, 2008

KERJA DAN CINTA

Hidup memang kegelapan,
Jika tanpa hasrat dan keinginan.
Semua hasrat dan keinginan adalah buta,
Jika tidak disertai pengetahuan.
Dan segala pengetahuan adalah hampa,
Jika tidak diikuti pekerjaan.
Dan setiap pekerjaan adalah sia-sia,
Jika tidak disertai CINTA

Bekerja dengan rasa cinta,
Berarti kalian sedang menyatukan diri,
Dengan diri kalian sendiri,
Dengan diri-diri orang lain,
Dan kepada Tuhan.

Bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta?
Adalah bagaikan menenun kain,
Dengan benang yang ditarik dari jantungmu,
Seolah-olah kekasihmu ,
yang akan mengenakannya nanti…

Bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta?
Seperti menyebar benih dengan kemesraan,
Dan memungut panen dengan kegirangan,
Yaitu jika kalian mampu merasakan,
Bahwa kekasihmu yang akan menyantap panenan itu….

Bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta?
Bagaimana pula membangun rumah ,
Dengan penuh kasih sayang,
Kamu merasa seolah-olah kekasihmu ,
yang akan mendiaminya di masa depan.

Kerja adalah cinta yang menjadi nyata,
Dan jika kalian merasa enggan,
dan tidak sanggup bekerja dengan cinta,
Maka lebih baik kalian meninggalkannya.

Bila kalian memasak roti,
dengan rasa tertekan,
Maka pahitlah jadinya,
Dan tidak akan membuatmu kenyang.

Bilamana kalian menggerutu,
Ketika memeras anggur,
Maka anggur itu akan beracun,
oleh gerutumu itu.

Walaupun kalian menyanyi,
Dengan desah bidadari,
Tapi jika hati kalian tidak menyukai,
Maka telinga manusia akan tertutup,
Dari segala bunyi siang,
dan lengangnya malam.


Rekan-rekan semua,
Refleksikanlah………
Sanggupkah anda nantinya menjalankan amanah membangun bangsa,
Dengan dilandasi rasa CINTA?
Cinta kepada kaum papa yang mencapai banyak bertebaran di sekitar kita,
Cinta kepada anak bangsa yang akan menjadi penerus bangsa dimasa depan,
Cinta kepada sesama yang merindukan kedamaian dan kesejahteraan.

Bila selama ini anda bercita-cita jadi pemuka bangsa,
Atau abdi negara,
Atau hartawan,
Atau Ilmuwan ,
Tanyakanlah pada dirimu sendiri,
Apakah cita-citamu didasari demi ego pribadi,
Atau demi ketenaran,
atau jabatan,
atau kekayaan duniawi,
Ataukah demi CINTA SUCI untuk kesejahteraan bangsa yang terpuruk ini…

Dimodifikasi dari buku “Sang Nabi” karya Kahlil Gibran (1883-1931)